Sunday, January 29, 2017

PALEO-EKOLOGI SUB-AREA EKS RAWA PURBA DAN PEGUNUNGAN KAPUR SELATAN TULUNGAGUNG [1]

Oleh: M. Dwi Cahyono
Jejak Toponimis Eks ‘Rawa Purba (Ngrowo)'

Jika sekarang kita melacak sub-area selatan Tulungangung, tidak lagi dapat dijumpai areal rawa yang luas dan sebuah pulau bernama ‘Pulau Bedalem’, yang konon menyembul di tengah hamparan rawa. Yang ada sekarang adalah hamparan daratan rendah yang dipagari oleh Pegunungan Kapur (Kendeng) di sisi selatannya, sebagai ‘great wall’ kawasan ini ter-hadap samodra luas bernama ‘Samodra Indonesia’ – konon dinamai ‘Samodra Hindia’. Eks Pulau Bedalem kini berubah menjadi bukit kecil, yang pada punggungnya terdapat suatu situs makam Islam kuno. Namun, bila kita menilk data tekstual masa lampau, baik yang berupa susastra maupun arsip, maka dijumpai sebutan ‘rawa/rowo’ atau ‘ngrowo’ untuk sub-area ini.

Pustaka Kakawin Nagarakretagama dari Masa Hindu-Buddha misalnya, menyatakan adanya bangunan suci Buddhis (kuti) yang dinamai ‘Sanggraha’ (pupuh 70.3)– kini berubah sebutan menjadi ‘Sanggrahan’ – yang berada di tempat bernama ‘Rawa’ (pupuh 82.2-3). Informasi tekstual ini seakan menegaskan bahwa ketika Nagarakretagama ditulis (tahun 1365 Masehi), sub-area selatan Tulungagung bernama ‘Rawa’, yakni suatu penamaan tempat (tophonimy) yang mendasarkan pada karakter fisis-alamiahnya yang berupa ‘kawasan rawa pedalaman’.


Unsur nama ‘rawa’ juga terkandung pada nama sejumlah desa/dusun di sub-area selatan Tulungagung, seperti Desa Bonorowo, Dukuh Rowogebang, Dukuh Rowobaran (Tim Peneliti Hari Jadi Tulungagung, 1971:114, 148, 153). Unsur nama demikian juga tercantum dalam Prasasti Kamulan (1194 Masehi) yang ditemukan di Desa Kamulan Kec. Durenan Kab. Trenggalek, yaitu jabatan ‘haryan Kambang Rawa’ dan thani (desa) ‘Timbang Rawa’ (OJO LXXIII recto baris ke-5 dan verso baris ke-27). Selain itu di daerah Tulungagung terda-pat sebuah sungai yang mengalirkan air dari Rawa Bening dan Rawa Gesikan ke Bangawan Brantas, yang dinamai ‘Kali Ngrowo’. Unsur nama ‘Ngrowo’ adalah ‘persengauan (penambahan ‘ng’) di depan kata ‘rawa’, menjadi: ng+rawa = ngrawa atau ngrowo. Nama ini terus digunakan hingga pasca Hindu-Buddha. Memasuki Masa Perkembangan Islam, tepatnya pada era pemerintahan Kasultalanan Mataram, konon terdapat dua kadipaten dalam wilayah yang kini bernama ‘Tulungagung’, yaitu; (1) Kadipaten Ngrowo, dan (2) Kadipaten Kalangbret.

BERSAMBUNG



No comments:

Post a Comment

#KemahBudayaTulungagung

#KemahBudayaTulungagung
kemahbudaya.ta@gmail.com

Recent

recentposts

Random

randomposts